Selasa, 16 April 2013

obat kardiovaskuler pada kehamilan



BAB I
PENDAHULUAN
A.    FARMAKOLOGI
a.       Farmakokinetik
      Farmakokinetik dapat didefinisikan sebagai setiap proses yang dilakukan tubuh terhadap obat, yaitu resorpsi, transpor, biotransformasi (metabolisme), distribusi dan ekskresi. Dalam arti sempit farmakokinetik khususnya mempelajari perubahan-perubahan konsentrasi dari obat dan metabolitnya di dalam darah dan jaringan sebagai fungsi dari waktu ( Obat-obat penting, hal. 23 )
b.      Farmakodinamik
      Farmakodinamik ialah subdisiplin farmakologi yang mempelajari efek biokimiawi dan isiologi obat serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat ialah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respons yang terjadi. Pengetahuan yang baik mengenai hal ini merupakan dasar terapi rasional dan berguna dalam sintesis obat baru (farmakologi dan terapi, hal. 12)
1.      Hipertensi pada kehamilan
            Kelainan kardiovaskuler dapat terjadi selama kehamilan atau sebelum saat pembuahan. Kelainan kardiovaskuler yang paling sering ditemukan pada kehamilan adalah hipertensi. Keadaan ini mungkin disebabkan oleh kelainan hipertensi yang sudah ada sebelumnya, hipertensi akibat kehamilam atau pre-eklamsia. Semua keadaan ini terus-menerus berdampak pada mortalitas maternal, dalam trienium terakhir (1994-1996) hipertensi bertanggung jawab atas 20% kematian di inggris.


           

Nomalnya tekanan darah sistol dan diastol akan turun sebanyak 10-15 mmHg selama pertengahan masa kehamilan. Keadaan ini akan berbalik pada kehamilan yang menyebabkan tekanan darah mencapai puncaknya 3-4 hari postpartum. Bagi ibu hamil yang menderita hipertensi pemantauan terhadap proteinuria dan hipertensi harus dilanjutkan selama 6-12 minggu sesudah melahirkan. Pada kehamilan, TD diastol normalnya harus dibawah :
Ø  75 mmHg dalam trimester kedua
Ø 85 mmHg dalam trimester ketiga ( Badr &  Brenner, 1991). (farmakologi kebidanan, hal.225)
2.      Pre-eklamsia dan eklamsia
            Untuk pre-eklamsia dan eklamsia literatur tidak memberikan konsensus tentang definisi pre-eklamsia. Sebagian besar penulis menggunakan definisi kombinasi tekanan darah yang di atas 140/90 mmHg dengan proteinuria yang melebihi 300 mg dalam 24 jam (Chappell et al, 1999), atau tekanan yang lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran yang terpisah setelah kehamilan 20 minggu plus proteinuria yang signifian, tanpa adanya hipertensi pra-kehamilan. Pre-eklamsia dan eklamsia dapat terjadi setiap saat antara kehamilan 20 minggu dan 6 minggu postpartum. Ada lima belas persen primigravida yang terkena oleh keadaan ini. ( Farmakologi kebidanan, hal. 226 )
3.      Disritmia jantung pada kehamilan
            Disritmia jantung dapat ditemukan dalam pemeriksaan antenatal. Takikardia supraventrikuler merupakan bentuk disritmia jantung yang paling sering terjadi pada kehamilan. Penyebab takikardia supraventrikuler antara lain :
a.       Kecemasan
b.      Dehidrasi

c.       Demam/infeksi

d.      Hipokalsemia (khususnya ibu hamil yang menderita diabetes). (farmakologi kebidanan, hal. 255)
4.      Gagal jantung pada kehamilan
            Curah jantung akan meningkat pada kehamilan dan selanjutnya lebih bertambah lagi dalam proses persalinan. Peningkatan ini dicapai melalui peningkatan volume sekuncup. Ibu hamil yang menderita gagal jantung, kelainan jantung bawaan atau penyakit katup tidak dapat menaikkan volume sekuncupnya untuk memenuhi kebtuhan pada kehamilan.

B.     INDIKASI
a.       Obat antihipertensi
1.      Metildopa
      Metildopa dianggap sebagai pilihan pertama obat antihipertensi pada kehamilan. Berbeda dengan obat-obat antihipertensi yang lain metildopa tidak mengganggu fungsi renal dan tidak mengurangi curah jamtung pada orang muda (Oates, 1996).  Metildopa menurunkan resistensi vaskular tanpa banyak mempengaruhi frekuensi dan curah jantung. Metildopa bekerja sentral dalam batang otak utuk melawan kerja adrenalin (epinefrin) serta nonadrenalin (norepinefrin) dan dopamin. Kerjanya yang bersifat antagonis ini menyebabkan :
v  Inhibisi sistem saraf simptik yang normalnya bertanggung jawab untuk mengendalikan TD, mengatur fungsi visera dan mempertahankan keadaan “sadar/siaga” (Oates, 1996). Vasodilatasi dan bradikardia yang ditimbulkan akan menurunkan TD.



v  Gangguan pada sistem yang mengaktifkan fungsi retikularis (pada batang otak). Gangguan ini akan menimbulkan sedasi, rasa lemah dan penurunan energi mental (farmakologi kebidanan, hal. 247)
Ø  Metildopa
Indikasi :  pengobatan hipertensi yang berat atau moderat.
Ø  Dopamet :
Indkasi : hipertensi esensial yang ringan atau berat, hipertensi nefrogenik, hipertensi pada tahap kehamilan.
2.      Hidralazin
      Pengendalian hipertensi yang cepat dapat di capai dengan pemberian intravena hidarlazin atau labetolol, atau dengan pemberian per oral nifedipin (Girling & De Swiet, 1996). Pemberian hidralazin dapat disertai dengan kejadian yang lebih merugikan (hipotensi meternal, bedah Caesar, solusio plasenta dan nilai Apgar yang rendah) bila dibandingkan dengan labetolol atau nifedipin (Magee et al, 1999). Hidralazin merupakan vasodilator yang poten dan dapat menghasilkan penurunan TD yang cepat jika diberikan secara intravena pada keadaan emerjensi hipertensi. Onset kerjanya berkisar dalam waktu 10-20 menit dan efek puncaknya akan terjadi dalam waktu 15-30 menit. Hidralazin harus diberikan bersama dengan makanan pada waktu yang sama setiap harinya. Kepada ibu hamil harus diingatkan bahwa penghentian terapi yang mendadak dapat menimbulkan pelonjakan TD yang tiba-tiba dan berbahaya (farmakologi kebidanan, hal. 250)
Ø  Hidralazin
Indikasi : hipertensi
3.      Penyekat beta
      Penyekat beta menurunkan TD dengan mengurangi frekuensi jantung serta curah jantung dan menekan sistem renin-angiotensin. Obat-obat ini bekerja lewat persaingan dengan preparat agonis beta (seperti epinefrin/adrenalin) untuk menempati reseptor beta¹ dan beta ² yang mengendalikan fungsi jantung, hepar, pankreas serta otot polos dan atau kelenjar pada banyak organ, termasuk pembuluh darah, uterus, bronkiolus serta usus (farmakologi kebidanan, hal. 253)
Ø  B-beta
Indikasi : monoterapi atau terapi kombinasi dengan antihipertensi yang lain.
Ø  Beta one
Indikasi : hipertensi esensial.
Ø  Biscor
Indikasi : pengobatan hipertensi
Ø  Bisoprolol
Indikasi : sebagai terapi tunggal atau kombinasi dengn antihipertensi lain.
Ø  Concor
Indikasi : gagal jantung, hipertensi dan angina.
Ø  Lodoz
Indikasi : hipertensi
Ø  Seloken
Indikasi : hipertensi, angina pektoris, aritmia terutama takikardia supraventrikule,fibrilasi
                atrium, ekstrasistol ventrikel sesudah infark miokard akut dan tremor esensial.
Ø  Blorec
Indikasi : hipertensi esensial.


Ø  Carbloxal
Indikasi : hipertensi esensial, gagal jantung kongestif.
Ø  Dilbloc
Indikasi : hipertensi esensial, terapi simptomatik gagal jantung kronis.
Ø  V-blok
Indikasi : hipertensi esensial.
Ø  Hapsen
Indikasi : hipertensi dan angina pektoris pada penyakit jantung koroner.
b.      Obat pre-eklamsia dan eklamsia
1.      Magnesium sulfat
      Magnesium sulfat kini menjadi obat pilihan untuk mencegah serangan kejang yang lebih lanjut pada keadaan eklamsia yang sudah di tegakkan diagnosisnya. Dalam penelitian diperlihatkan bahwa pemberian magnesium sulfat lebih efektif daripada pemberian diazepam atau fenitoin dalam pencegahan kejang yang rekuren dan pemberian obat ini disertai dengan jumlah kematian ibu yang lebih sedikit. Magnesium sulfat dapat diberikan lewat suntikan intramuskuler yang dalam (ke dalam regio gluteus) atau suntikan intravena dengan efek yang cepat. Magnesium mengatasi serangan eklamsia dengan mengurangi spasme pembuluh darah serebral sehingga perfusi serebral di perbaiki ( Farmakologi kebidanan, hal. 232 )
Ø  Magnesium sulfat
Indikasi : relaksan otot antikovulsan digunakan pada pre-eklamsia dan eklamsia.





c.       Obat antidisritmia
1.      Adenosin
            Adenosin sudah digunakan untuk memulihkan secara aman keadaan disritmia ke irama sinus pada pasien ibu yang hamil.
2.      Verapamil
            Dipakai pada pasien yang berusia muda muda untuk terapi profilaksis takikardia supraventrikuler.
Ø  Cardiover
Indikasi : angina pektoris
3.      Amiodaron
            Penggunaan obat ini dapat disertai pelbagai efek samping jangka panjang yang meliputi disfungsi tiroid pada ibu san neonatus, obat ini dianggap sebagai preparat pilihan terakhir. (farmakologi kebidanan, hal. 256)
d.      Obat gagal jantung
1.      Digoksin
      Digoksin diresepkan dokter untuk mengatasi fibrilasi atrium dan gagal jantung. Dari pengalaman digoksin telah dikenal sebagai preparat yang aman untuk digunakan pada kehamilan asalkan konsentrasinya tetap berada dalam kisaran terpeutik. Tanda toksisitas digoksin dan kegagalan terapi seperti mual dapat ditutupi oleh kehamilan. Toksisitas digoksin tidak boleh terjadi karena keadaan ini dapat mebawa kematian pada janin. Digoksin dapat memintas plasenta dan memasuki ASI. Meskipun jumlah digoksin yang memasuki ASI sangat sedikit, bayi merupakan individu yang sangat rentan terhadap digoksin dan bidan harus memberikan perhatian yang besar pada penambahan berat badan neonatus.


Ø  Fargoxin
Indikasi : payah jantung, aritmia.

C.    POSOLOGI
a.       Obat antihipertensi
§  Metildopa
Dosis : efektif minimal 2 × 125 mg/hari dan dosis maksimal 3 g/hari. Untuk hipertensi pasca bedah sering diberikan secara intravena dengan infus intermiten 250-1000 mg tiap 6 jam.
§  Dopamet
Dosis : awal sehari ½ - 1 tab, penyesuaian dosis untuk mencapai tekanan darah yang dikehendaki harus dilakukan secara bertahap, misalya menaikkan dosis dengan ½ - 1 tab selang 2-3 hari
§  Hidralazin
Dosis : pemberian oral 25-100 mg 2 x sehari. Untuk hipertensi darurat seperti pada glomerulunefritis akut dan eklamsia dapat juga diberikan secara i.v atau i.m dengan dosis 20-40 mg. dosis maksimal 200mg/hari.
§  B-beta
Dosis : awal 5 mg sehari 1x dapat dinaikkan menjadi 10-sehari 20 mg 1x. pasien dengan bronkospastik, penyakit hati (hepatitis atau sirosis) dan gangguan ginjal ( CrCl <40 ml/mnt ) dosis awal 2,5 mg sehari 1x.
§  Beta one
Dosis : sehari 1x5 mg, pasien dengan gagal ginjal, hati atau paru, sehari 1x2,5 mg.


§  Biscor
Dosis : awal 5 mg sehari 1 x, dapat ditingkatkan menjadi 10-sehari 20 mg 1x.
§  Bisoprolol
Dosis : awal sehari 1x 5 mg, dapat dinaikkan sampai 10-sehari 20 mg.
§  Blorec
Dosis : 1 tab sehai 1x. Dws rekomendasi awal sehari 1x 12,5 mg. setelah itu dapat ditingkatkan pada interval sekurang-kurangnya 2 minggu tergantung rekomendasi maks dosis sehari 1x 50 mg atau dosis terbagi (sehari 2x).
§  Carbloxal
Dosis : dws awalnya sehari 1x ½tab dari tab 25 mg selama 2 hari, lanjutkan dengan sehari 1x 1 tab 25 mg. dosis dapat dinaikkan sampai sehari 2x 1 tab, maksimal dosis 50 mg/hari.
§  Concor
Dosis : sehari 5 mg pagi hari sebelum atau sesudah sarapan, untuk penyakit ringan sehari 5 mg sudah cukup. Kebanyakan pasien dapat dikontrol dengan dosis sehari 10 mg, hanya untuk beberapa kasus diperlakukan dosis sehari 20 mg, untuk pasien tingkat akhir kerusakan ginjal atau gangguan parah fungsi liver dosis maksimum sehari 10 mg.
§  Dilbloc
Dosis : sehari 1x 12,5 mg (½ tab) untuk 2 hari pertama, selanjutnya sehari 25 mg, dosis maksimum 50 mg/hari.
§  Hapsen :
Dosis : sehari 1 tab pagi hari sebelum atau sesudah makan. Dosis dapat ditingkatkan menjadi sehari 10-20 mg. untuk pasien gangguan fungsi ginjal lanjut atau gangguan fungsi hati yang berat, dosis maks 10 mg/hari.

§  Lodoz
Dosis : dws sehari 1 tab. Maks 4 tab.
§  Seloken
Dosis : sehari 100-200 mg dalam 1-2 dosis atau sebagai dosis tunggal pada pagi, jika perlu dosis dapat ditingkatkan atau dikombinasikan.
§  V-bloc
Dosis : dws, sehari 1x 12,5 mg untuk 2 hari pertama, kemudian sehari 1x 25 mg, jika perlu dosis dapat ditingkatkan dengan interval waktu 2 minggu hingga maks 50 mg sehari 1x atau dalam 2 dosis.
b.      Obat pre-eklamsia dan eklamsia
§  magnesium sulfat
dosis : diberikan i.v 4 g diberikan selama 5-10 menit, 1 g tiap jam dapat diberikan sebagai dosis rumatan.
c.       Obat antidisritmia jantung
§  Verapamil ( cardiover )
Dosis : dws, sehari 3x1 tab ½ jam sebalum makan, kasus tertentu menurut petunjuk dokter.
d.      Obat gagal jantung
·         digoksin ( fargoxin )
dosis : dws, digitalisasi cepat 0,75-1,25 dibagi dalam 2 atau lebih. Digitalisasi lambat, sehari 1x 25-500 mg selama 7 hari, dosis pmeliharaan, sehari 1x 0,125-0,5 mg.




D.    KONTRAINDIKASI
a.       Obat antihipertensi
1.      Metildopa
Kontraindikasi : riwayat depresi dan penyakit hepar.
2.      Hidralazin
Kontraindikasi :  sistemik lupus eritematosus (SLE) idiopatik, takikardia berat, gagal jantung curah tinggi, insufisiensi miokard akibat obstruksi mekanis.
3.      Dopamet
Kontraindikasi : penyakit hati yang aktif seperti hepatitis akutdan sirosis hati, bila pengobatan sebelumnya dengan alfa metildopa telah timbul gangguan hati, hipertensif.
4.      B-beta
Kontrindikasi : syok kardiogenik, penyakit jantung, AV-blok tingkat II dan III, sinus bradikardia.
5.      Beta one
Kontraindikasi : syok kardiogenik, gagal jantung, blok AV derajat 2 atau 3 dan sinus bradikardia.
6.      Biscor
Kontraindikasi : shok jantung, penyakit jantung, AV blok (tingkat II atau III), sinus bradikardia.
7.      Bisoprolol
Kontraindikasi : -




8.      Blorec
Kontraindikasi : asma bronkial atau kondisi bronkospatik yang berhubungan termasuk hipotensi berat, sinus bradikardia berat, AV blok derajat 2 dan 3, pasien dengan NYHA kelas IV  gagal jantung yang membutuhkan IV inotropik, COPD dengan komponen bronkospatik, manifestasi klinik disfingsi hati, kardiogenik dan syok hipovolaemik.
9.      Carbloxal
Kontraindikasi : gejala gagal jantung, sindrom nodus SA, blok AV derajat 2 dan 3, bradikardia berat, sinus atau sindrom sick-sinus, cardiopulmonale, asma bronkial, bronkitis kronik, emfisema pulmonary, rhinitis alergi, edema laryngeal, syok (kardiogenik dan hypovolemik) komplikasi infark miokard, disfungsi hati berat, asidosis metabolik, mendapatkan pengobatan MAOI secara simultan.
10.  Dilbloc
Kontraindikasi : -
11.  Hapsen
Kontraindikasi : -
12.  Lodoz
Kontraindikasi : hipersensitif, hati-hati pada pasien yang mengalami gagal jantung, bradikardia, asma dan bronkopneumopati berat, hipotensi, penyakit Raynaud.
13.  Seloken
Kontraindikasi : AV blok tingkat 2 dan 3, keedaan jantung tak berkompensasi, syok kardigenik, bradikardia berat.




b.      Obat pre-eklamsia dan eklamsia
1.      Magnesium sulfat
Kontraindikasi : blok jantung, penyakit jantung yang sudah diderita cenderung bertambah parah.
c.       Obat antidisritmia
1.      Veramapil
Kontraindikasi : hipertensi, gagal jantung berat, sindrom sinus sakit, blok AV, sindrom Wolff-Parkinson-White, atau takikardia ventrikel.
d.      Obat gagal jantung
1.      Digoksin
Kontraindikasi : bradikardia, blok AV derajat 2 dan 3, sindroma sick sinus, sindroma Wolff-Parkinsen-White, kardiomiopati obstruktif hipertrofik, hipokalemia.

E.     EFEK SAMPING
a.       Obat antihipertensi
1.      Metildopa
Efek samping : yang paling sering adalah sedasi, hipotensi postural, pusing, mulut kering dan sakit kepala. Efek samping lain adalah depresi, gangguan tidur, impotensi, kecemasan, penglihatan kabur dan hidung tersumbat.
2.      Dopamet
Efek samping : -
3.      Hidralazin
Efek samping : takikardia, palipitasi, aliran panas, hipotensi, retensi cairan, gangguan gastrointestinal, nyeri kepala, pusing.


4.      B-beta
Efek samping : pusing, vertigo, sakit kepala, parestesia, hipostesia, ansietas, mulut kering, bradikardia, palpitasi, aritmia, kaki dingin atau tangan dingin, klaudikasi, hipotensi, nyeri dada, gagal jantung, insomnia, depresi, nyeri pada abdomen, mual, muntah, diare, konstipasi, nyeri otot, kejang otot, tremor, rash, jerawat, eksim, iritasi kulit, gatal-gatal, berkeringat, alopesia, angiodema, dermatitis yang mengelupas, gangguan penglihatan, tinnutis, sakit telinga, gout, asma, bronkospasme, batuk, dispnea, faringitis, rinitis, sinusitis, impotensi, sakit peyronie, sistitis, colic renal purpura, kelelahan, keletihan, peningkatan BB.
5.      Beta one
Efek samping : keram perut, diare, pusing, sakit kepala, mual, denyut jantung melambat dan tekanan darah rendah.
6.      Biscor
Efek samping : pusing, vertigo, sakit kepala, parestesia, hipostesia, ansietas,mulut kering, bradikardia, palpitasi, aritmia, kaki dingin atau tangan dingin, kludikasi, hipotensi, nyeri dada, gagal jantung, insomnia, depresi, nyeri pada abdomen, mual, muntah, diare, konstipasi, nyeri otot, kejang otot, tremor, rash, jerawat, eksim, iritasi kulit, gatal-gatal, berkeringat, alopesia, angiodema, dermatitis yang mengelupas, gangguan penglihatan, tinnitus, sakit telinga, gout, asma, bronkospasme, betuk, dispnea, faringitis, rinitis, sinusitis, impotensi, sakit Peyronie, sistitis, colic renal purpura, kelelahan, keletihan, peningkatan BB.
7.      Bisoprolol
Efek samping : -



8.      Blorec
Efek samping : pusing yang sekali-sekali, sakit kepala, kelelelahan, bradikardia, hipertensi postural, gangguan GI, flare-like syndrome, mengurangi lakmirasi.
9.      Carbloxal
Efek samping : pusing, sakit kepala, lelah, bradikardia, gangguan gastrointestinal, gejala seperti flu, reaksi bronkospastik, hipotensi postural, angina pectoris, ganggun konduksi jantung, klaudikasio intermitten, fenomena Raynaud, diabetes, reaksi alergi kulit, gangguan tidur, gangguan penglihatan, iritasi mata, parestesia, gangguan seksual, trombositopenia, leukopenia, lakrimasi berkurang.
10.  Dilbloc
Efek samping : -
11.  Hapsen
Efek samping : -
12.  Lodoz
Efek samping : -
13.  Seloken
Efek samping : rasa lelah, gangguan saluran cerna, gangguan tidur.
b.      Obat pre-eklamsia dan eklamsia
1.      Magnesium sulfat
Efek samping : umumnya berhubungan dengan hipermagnesemia, mual, muntah, kahausan, aliran hangat kulit, hipotensi, aritmia, koma, depresi pernapasan, pusing, konfusi, kehilangan refleks tendon, kelemahan otot.
c.       Obat antidisritmia
1.      Verapamil
Efek samping : jantung dan konstipasi.

d.      Obat gagal jantung
1.      Digoksin
Efek samping :
·         Efek proaritmik : penurunan potensial istrahat, peningkatan automatisitas.
·         Efek gastrointestinal : anoreksia, mual, muntah, nyeri lambung.
·         Efek visual : penglihatan berwarna kuning.
·         Lain-lain : delirium, rasa lelah, malaise, bingung, mimpi buruk.

F.     KETERANGAN LAIN
1.      Dopamet
Metildopa 250 mg.
Km : dus 100 tab.
2.      B-beta
Bisoprolol 5 mg.
Km : 3x10 tab salut selaput Rp. 135.000
3.      Beta one
Bisoprolol fumarat 2,5 mg; 5 mg.
Km : 50 tab 2,5 mg @Rp. 80.000, ;30 tab 5 mg @Rp. 90.000
4.      Biscor
Bisoprolol fumarat 5 mg.
Km : 3x10 strip tab salut selaput.
5.      Bisoprolol
Bisoprolol 5 mg.
Km : dus 3x10 tab Rp. 66.600


6.      Blorec
Karvedilol 25 mg.
Km : 3x10 tab 25 mg Rp. 135.000
7.      Carbloxal
Karvedilol 6,25 mg, 25 mg.
Km : 3x10 tab 6,25 mg Rp. 51.000, ; 25 mg Rp. 135.000
8.      Dilbloc
Karvedilol 25 mg/kap; 6,25 mg/tab.
Km : dus 100 tab 25 mg Rp. 696.768, ; 6,25 mg Rp. 272.029
9.      Hapsen
Bisoprolol hemifumarat 5 mg.
 Km : dus 30 tab Rp. 90.000
10.  Lodoz
Bisoprolol hemifumarat 2,5 mg, hidroklorotiazid 6,25 mg.
Km : dus 30 tab Rp. 140.800
11.  Seloken
Metoprolol tartrat 50 mg, 100 mg.
Km : dus 10x10 tab 50 mg Rp. 467.298, ; 10x10 tab 100 mg Rp. 789.151


BAB II
PEMBAHASAN
A.    FARMAKOLOGI
a.       Farmakokinetik
       Farmakokinetik adalah bagaimana nasib obat terhadap tubuh.
1.      Hipertensi pada kehamilan
       Kelainan jantung dapat terjadi selama kehamilan atau sebelum saat pembuahan, dan yang paling sering ditemui pada kehamilan adalah hipertensi. Keadaan ini bisa disebabkan karena adanya riwayat hipertensi. Hipertensi akibat kehamilan atau pre-eklamsia bisa berdampak pada kematian ibu. Normalnya tekanan darah sistol dan diastol akan turun sebanyak 10-15 mmHg selama kehamilan. Bidan harus menjelaskan pemantauan dan setiap tindakan akan dilanjutkan selama periode postpartum. Bagi ibu hamil yang menderita hipertensi, pemantauan proteinuria dan hipertensi harus dilanjutkan selama -12 minggu sesudah melahirkan. Obat-obat antihipertensi yang digunakan antara lain diuretik, penghambat adrenergik, vasodilator, penghambat ACE, antagonis kalsium. Diuretik bekerja sehingga meningkatkan pengeluaran natrium, air dan klorida sehingga volume darah menurun dan cairan ekstraseluler. Akibatnya terjadi penurunan curah jantung dan tekanan darah. Penghambat ACE bekerja menurunkan tekanan darah dengan jalan mengurangi daya tahan pembuluh perifer dan vasodilatasi.
2.      Pre-eklamsia dan eklamsia
       Ada sebagian buku mengatakan pre-eklamsia atau keracunan kehamilan, kalau sudah disertai dengan kejang itu yang dinamakan eklmsia.
        Sebagian juga penulis mengatakan pre-eklamsia adalah tekanan darah di atas 140/90 mmHg dengan proteinuria yang melebihi 300 mg dalam 24 jam.

       Pre-eklamsia dan eklamsai dapat terjadi setiap saat antara kehamilan 20 minggu dan 6 minggu postpartum. Obat-obat yang digunakan untuk hipertensi ini antara lain suplemen diet dan aspirin. Pemberian aspirin dapat mengubah komposisi membran sel endotel, akan tetapi semua suplemen ini mungkin akan dimetabolisasi untuk menghasilkan radikal bebas yang bukan menyembuhkan tapi merusak membran sel atau meningkatkan resiko perdarahan dalam otak janin. Pemberian aspirin dengan dosis tinggi pada kehamilan akan mengakibatkan kehamilan dan persalinan yang lama, peningkatan kehilangan darah pada saat melahirkan, resiko terjadinya pre-eklamsia dan perdarahan dalam otak.
       Magnesium sulfat kini sering digunakan untuk mengatasi masalah pre-eklamsia berat. Penyuntikan magnesium sulfat intramuskular dengan dosis yang tinggi lebih efektif untuk mengurangi gejala kejang.
3.      Disritmia jantung pada kehamilan
       Disritmia jantung adalah kelainan dalam kecepatan, irama, tempat asal dari impuls,
4.      Gagal jantung pada kehamilan
       Curah jantung akan meningkat pada kehamilan dan lebih bertambah lagi dalam proses persalinan. Ibu hamil yang menderita gagal jantung, kelainan jantung bawaan tidak dapat menaikkan volume sekuncupnya untuk memenuhi kebutuhan pada kehamilan. Digoksin untuk mengatasi gagal jantung. Obat-obat golongan sedatif seperti opioid dan proklorperazin  harus dihindari mengingat terjadinya efek depresan pada sistem saraf pusat ibu dan janin yang mengganggu pemantauan. Diuretik akan memperparah keadaan.

B.     INDIKASI
            Obat antihipertensi yang sering digunakan adalah metildopa. Metildopa tidak mengganggu fungsi renal dan tidak mengurangi curah jantung pada orang muda. Metildopa digunakan untuk pengobatan hipertensi berat atau moderat. Dopamet juga digunakan untuk pengobatan hipertensi esensial yang ringan atau berat, hipertensi nefrogenik, hipertensi pada tahap kehamilan. Hidralazin untuk hipertensi, b-beta untuk terapi kombinasi dengan antihipertensi yang lain, beta one untuk mengatasi hipertensi esensial, biscor untuk pengobatan hipertensi, bisoprolol sebagai terapi tunggal atau kombinasi dengan antihipertensi lain.
            Blorec untuk hipertensi esensial, carbloxal untuk hipertensi esensial dan gagal jantung kongestif. Dilbloc untuk hipertensi esensial dan terapi simptomatik gagal jantung kronis, hapsen untuk hipertensi dan angina pektoris pada penyakit jantung koroner, lodoz untuk hipertensi, dan seloken untuk angina pektoris, aritmia terutama takikardia supraventrikule,fibrilasi atrium, ekstrasistol ventrikel sesudah infark miokard akut dan tremor esensial.
            Obat pre-eklamsia dan eklamsia yang digunakan adalah manesium sulfa. Magnesium mengatasi serangan eklamsia dengan mengurangi spasme pembuluh darah serebral sehingga perfusi serebral di perbaiki. Obat antidisritmia yang sering digunakan adalah adenosin sudah digunakan untuk memulihkan secara aman keadaan disritmia ke irama sinus pada pasien ibu yang hamil, verapamil dipakai pad pasien yang berusia muda untuk terapi pencegahan takikardia supraventrikuler, penggunaan amiodaron dapat disertai   berbagai efek samping jangka panjang antara lain kelainan fungsi tiroid pada neonatus dan ibu. Pada gagal jantung obat yang biasanya digunakan adalah digoksin, penggunaan digoksin seperti fargoxin untuk payah jantung dan aritmia.


C.    POSOLOGI
            Dari dosis yang ada, yang diberikan pada orang dewasa maupun anak-anak sangat berbeda-beda. Hal ini dikarenakan faktor usia dan waktu pemberian obat per dosisnya. Pemberian obat yang diberikan per oral berbentuk tablet, dan ada yang lewat intravena.

D.    KONTRAINDIKASI
a.       Obat antihipertensi
            Kontraindikasi dari obat antihipertensi adalah tidak diberikan pada pasien yang depresi dan sudah ada riwayat depresi, dan penyakit hepar.
b.      Obat pre-eklamsia dan eklamsia
            Tidak boleh diberikan pada pasien yang mengalami blok jantung dan penyakit jantung yang sudah diderita cenderung bertambah parah.
c.       Obat antidisritmia
            Obat antidisritmia tidak boleh diberikan pada pasien yang mengalami hipertensi, gagal jantung berat, sindrom sinus sakit, blok AV, sindrom Wolff-Parkinson-White, atau takikardia ventrikel.
d.      Obat gagal jantung
            Tidak boleh diberikan pada pasien bradikardia, blok AV derajat 2 dan 3, sindroma sick sinus, sindroma Wolff-Parkinsen-White, kardiomiopati obstruktif hipertrofik, hipokalemia.




E.     EFEK SAMPING
a.       Obat antihipertensi
      Jika pemberian obat tidak sesuai prosedur yang tepat maka akan menimbulkan berbagai macam efek samping, dan yang paling sering terjadi anatara lain hipotensi,
 pusing, sakit kepala, mulut kering, palpitasi, takikardia, mual, muntah, nyeri abdomen.
b.      Obat pre-eklamsia dan eklamsia
      Efek samping yang ditimbulkan seperti umumnya berhubungan dengan hipermagnesemia, mual, muntah, kahausan, aliran hangat kulit, hipotensi, aritmia, koma, depresi pernapasan, pusing, konfusi, kehilangan refleks tendon, kelemahan otot.
c.       Obat antidisritmia
      Pada obat antidisritmia efek samping yang terjadi jantung dan konstipasi.
d.      Obat gagal jantung
      Efek smaping yang terjadi mual, muntah, nyeri lambung, penurunan potensial istrahat, penglihatan berwarna kuning, rasa lelah, anoreksia, bingung, mimpi buruk.

F.     KETERANGAN OBAT
            Pada keterangan lain ini yang dibahas adalah kemasan obat. Pada masing-masing obat sangat bervariasi untuk kemasan obatnya. Ini diberikan secara oral dan parenteral dalam bentuk tablet, ampul. Obat-obat ini juga disimpan pada tempat yang hangat untuk tetap menjaga suhunya dan digunakan harus sesuai petunjuk yang ada.



BAB III
KESIMPULAN
            Kelainan jantung dapat terjadi selama kehamilan atau sebelum saat pembuahan, dan yang paling sering ditemui pada kehamilan adalah hipertensi. Keadaan ini bisa disebabkan karena adanya riwayat hipertensi. Hipertensi akibat kehamilan atau pre-eklamsia bisa berdampak pada kematian ibu. Hipertensi akibat kehamilan akan sembuh sendiri setelah 6 minggu postpartum. Obat antihipertensi yang digunakan bekerja untuk mengendalikan TD, mengatur fungsi visera dan mempertahankan keadaan sadar/siaga.
            Pre-eklamsia dan eklamsai dapat terjadi setiap saat antara kehamilan 20 minggu dan 6 minggu postpartum. Obat-obat yang digunakan untuk hipertensi ini antara lain suplemen diet dan aspirin. Pemberian aspirin dapat mengubah komposisi membran sel endotel, akan tetapi semua suplemen ini mungkin akan dimetabolisasi untuk menghasilkan radikal bebas yang bukan menyembuhkan tapi merusak membran sel atau meningkatkan resiko perdarahan dalam otak janin. Pemberian aspirin dengan dosis tinggi pada kehamilan akan mengakibatkan kehamilan dan persalinan yang lama, peningkatan kehilangan darah pada saat melahirkan, resiko terjadinya pre-eklamsia dan perdarahan dalam otak. Obat yang digunakan bekerja mengatasi serangan eklamsia dengan mengurangi spasme pembuluh darah serebral sehingga perfusi serebral diperbaiki.
            Disritmia jantung adalah kelainan dalam kecepatan, irama, tempat asal dari impuls. Disritmia jantung dapat ditemukan dalam pemeriksaan antenatal. Takikardia supraventrikuler merupakan bentuk disritmia jantung yang paling sering terjadi pada kehamilan. Obat antidisritmia bekerja untuk pengobatan serangan akut takikardia supraventrikuler paroksismal Curah jantung akan meningkat pada kehamilan dan lebih bertambah lagi dalam proses persalinan. Ibu hamil yang menderita gagal jantung, kelainan jantung bawaan tidak dapat menaikkan volume sekuncupnya untuk memenuhi kebutuhan pada kehamilan. Digoksin untuk mengatasi gagal jantung. Obat-obat golongan sedatif seperti opioid dan proklorperazin  harus dihindari mengingat terjadinya efek depresan pada sistem saraf pusat ibu dan janin yang mengganggu pemantauan. Diuretik akan memperparah keadaan.











DAFTAR PUSTAKA
v  Departemen Farmakologi dan Terapeutik, Fakultas Kedokteran, Unifersitas Indonesia, 2007
v  Jordan,Sue.(2003) Farmakologi Kebidanan. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
v  Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2007, Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Jakarta
v  Tiran,Denise.(2005) Kamus Saku Bidan.Penerbit Buku Kedokteran Jakarta.
v  Dorlan ( 1998 ) Kamus Saku Kedokteran Dorland.Penerbit Buku Kedokteran, Edisi 25, Jakarta.
v  Muda, Ahmad A.K (2003) Kamus Lengkap Kedokteran. Gita media Press,Edisi Revisi. Jakarta.
           
Widget
terima kasih :)